Sabtu, 29 Agustus 2009

the horsefly

The Horsefly
Sebuah daya tarik


Ada masalah yang dihadapkan oleh Oxi yakni kenyataan yang menyebut dirinya akan tinggal bersama dua orang perempuan. Emang kalo di pikir apa salahnya? Namun itu menjadi masalah dengan Oxi. Dia paling anti sama cewe. Cewe itu aneh baginya—seperti alien.
Fiddy kaget bukan main begitu mendengar penjelasan mengenai keanehan pada diri Oxi—dari kakak tirinya, Ogie. Ogie ialah kakak kandung Oxi. Ogie sih biasa aja dengan mahluk yang namanya cewe. Namun adiknya seperti punya kelainan. Ibunya meninggal ketika melahirkan diri Oxi. Dua hari yang lalu ayahnya menikah dengan ibu Fiddy. Sejak perkawinan—Oxi belum bertemu dengan kakak tirinya.
“Baru denger gue—kalo ada orang yang anti sama cewe.” Ogie ketawa.
“Lo jangan kata’in adek gue. Dia juga jadi adek lo mulai sekarang.” Ogie kemudian pamit mau ke rumah temannya dengan mobilnya. Ayah sedang kerja dab ibunya belanja. Jadi di rumah itu hany ada Fiddy dan seorang pembantu.
Penasaran gue, kayak apa Oxi. Sebenci apa dia sama cewe. Gue jadi pengen ngerjain dia. Hehehe.. Untung dia adek gue. Kata Kak Ogie, Oxi masih duduk di bangku SMP kelas 2 berarti beda 2 tahun dari gue. Sedang kak Ogie sekarang udah duduk di bangku kuliah.
Pintu gerbang seperti dibuka. Ada sebuah motor gede masuk. Itu pasti Oxi. Oxi belum tau muka Fiddy. Maka begitu mereka saling tatap, mereka seperti melihat hantu—saling berdiam diri. “Kamu siapa?” tanya Oxi. Dalam hati Fiddy ketawa-tawa. Aduh, nih anak kayaknya polos bener. Asyik nih gue kerjain. Kita liat aja entar. “Aku ini Fiddy—kakak baru lo. Lo Oxi kan?”
Oxi mengangguk dengan buru-buru dia naik tangga. Fiddy menghardik, “Hei, setidaknya ucapkan salam perkenalan dengan kakakmu ini!” Fiddy tersenyum penug kemenangan. Oxi melirik kakaknya. “Hai.”
“Apa??? Itu aja?” Fiddy bergidik heran. “Lalu apa lagi, Fid?” “Ucapkan ‘hai kakak baruku’ begitu,” dengan terpaksa Oxi melakukan yang diperintahkan kakaknya. Yang bisa dibilang banyak maunya itu.
Oxi naik ke kamarnya. Lalu ganti baju. Dia baru balik dari sekolah. Fiddy beberapa hari ini bolos karena sedang mengurus surat kepindahannya. Jadi dia belum masuk. Dari balik pintu Fiddy melihat Oxi sedang tidur-tiduran di tempat tidur hanya dengan kaus oblong.
“Oxi..” dia masuk lalu duduk di tepi ranjang.
“Ada masalah?” tanya adiknya dingin.
“Nggak penting banget sih.. Tapi gue cuma mau masti’in apa omongan kak Ogie bener. Apa bener lo anti sama cewe?” Oxi diam. Beberapa saat.
“Oxi. Jawab!!” perintahnya.
“..sedikit..” hanya itu.
“Emang kenapa? Cewe itu gak terlalu buruk lho.. Mereka siap denger keluh kesah kamu. Kamu mau cerita—ada apa sebenernya sama diri kamu? Kakak siap untuk denger kok.” Fiddy tersenyum.
Oxi masih terdiam menunduk, “Apa benar cewek mau dengerin curhatan gue?” Fiddy sudah pasti mengangguk yakin. Akhirnya Oxi cerita, “Gini. Gue dilahirin tanpa sempat liat mami. Gue ngerasa gara-gara gue mami meninggal. Lagipula selama ini gue hidup hanya dengan papi dan Ogie. Tanpa wanita. Mungkin dengan kehadiran kamu sama mama baru gue.. Gue akan membiasakan diri.”
“Ok. Kalo ada masalah cerita aja sama gue. Lo pasti selama ini belum punya cewe. Gimana kalo gue kenalin sama temen-temen gue.” Setelah saat itu Oxi mulai terbiasa ngeliat cewe. Dan menganggap kehadiran kakak dan ibu barunya itu anugerah bagi dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar