Sabtu, 29 Agustus 2009

matahari siang

Matahari Siang


Emang siapa yang datang sih? Kok Mang Ujang buru-buru buka pintu? Oh, God! Itu Achie—Pikir Cheri. Kakak tiri gue. Gue mati kata kalo ngobrol sama dia. Dia benci banget sama gue sama nyokap gue. Nyokap dia meninggal lima tahun yang lalu, terus bokapnya menikah lagi sama nyokap gue. Dia ngerasa kesaing terus benci setengah mati sama gue.
“Oh,lo masih masih hidup juga, Cher.” Dalem gak sih tuh omongan?
“Hai, Chie. Kapan dateng?” keki gue ngomong sama dia.
“Taon depan. Kalo lo sama emak lo mati!!” dia ngeloyor pergi.
Tak lama kemudian sepupu gue datang,
“Eh Cheri. Gue denger Achie udah balik dari Kanada, Ya?” Tanya Gilang. “Oh iya. Itu lagi dikamarnya.” Senyum gue. Rada deg-degan juga ngomong sama anak kuliahan kaya Gilang. Cakep banget sih.
Umur Gilang sama kaya Achie. Achie kuliah di Kanada. Pulang karena lagi liburan. Gilang amat dekat dengan Achie. Walau Achie berandal setengah mati. “Achie.. sepupuku sayang..” dia langsung meluk Achie. “Gilang..” Achie juga sepenuh hati meluk Gilang.
“Kapan nyampe, Say ?” tanyanya. “Baru aja. How are you, Honey? I’m very missing you..?” logat Inggris Achie amat mengental. “Bae-bae aja. I juga kangen sama you, hei, what is that?” Gilang menunjuk lidah Achie yang dipakaikan anting. “Nothing, but only.. only.. anting. Yea, anting lidah..” jawabnya kikuk.
“Oh, Kanada membuatmu berubah drastis?!!”
“Hei, walau you are my cousin, you nggak berhak urus hidup I..” balasnya.
“Ok, no problem. Lo tetep sepupu kesayangan gue. Gimana Kanada?” Tanya Gilang.
“Good. Excellent. Private Country. Expensive. Free state. And so beautiful..”
“Ooh. Sudahlah Achie. Lama-lama gue kagak ngarti omongan lo. Sok Inggris banget sih lo, lagak lo..” canda Gilang. Achie mulai ketawa.

Saat itulah adik tiri yang amat dibenci Achie muncul.
“Kak Gilang, ada telepon dari mamimu di bawah.” Senyumnya. Senyum yang amat di benci Achie.
“If you step your foot in my room, you will die,NOW!!” teriak Achie yang menyatakan—kalau kamu menginjakkan kakimu di kamarku, kamu akan mati, SEKARANG!


Cheri kaget bukan main denger gertakan Achie.Dia langsung pergi.
“Achie!Dari dulu sampe sekarang lo gak berubah ya?Masih benci lo sama adik lo?” Achie tersenyum sinis.
“Adik? Gilang.. jangan lupa menambahinya ADIK TIRI.”
Gilang sudah meyudahi pembicaraan di telponnya dia menghampiri Cheri.
“Cher, Achie masih belom berubah ya?” dan cowok itu duduk di sebelah Cheri. Cheri mengangguk sedih—sambil menunduk.
“Kak! Aku,aku salah apa sih? Sampe Achie benci banget sama gue sama nyokap gue? Padahal udah empat tahun dia jadi kakak gue. Tapi sampe sekarang dia gak bisa nerima gue jadi adiknya.” Tangis Cheri di sapu tangannya.
Dari kejauhan tanpa dua orang itu sadari Achie berdiam di atas lantai dua mengamati mereka. Dia merasa cemburu.

“Kurang lo ambil bokap gue? Lo masih mau ambil sepupu gue.. dengan drama lo yang nggak banget itu?” dia langsung masuk kamarnya penuh kebencian.
“Kok lo ngomong gitu sih. Menurut gue Achie “BELOM” bisa nerima lo, bukan “NGGAK” bisa nerima lo—kita lihat berjalannya waktu aja. Untuk sementara sabar aja dulu deh..” Gilang menepuk pundak Cheri yang masih penuh tangis itu. Cheri memang amat sadar ayah tirinya lebih menyayangi dirinya dibandingkan anak kandungnya sendiri. Habis Achienya-sih yang begitu.

Sore itu seorang cowok kuliahan datang. Namanya Hafiz. Dia cowoknya Cheri—yang baru kelas 3 SMU itu. Achie gak tau kalo itu cowoknya Cheri. Paling cuma temen’an. Habis gak kelihatan pacaran.
Cheri yang terlihat ngobrol biasa sama cowo itu dikejutkan dengan kemunculan Achie—yang caper sama cowok itu abis. Sok deket lagi. Sok baik sama Cheri. Cheri kaget banget jangan-jangan Achie ada “feeling” sama cowoknya.
“Hei Cheri. Ini temen lo ya, siapa namanya?” Hafiz yang dewasa banget berkata penuh senyum.
“Ooh, ini pasti kakakmu ya Cher. Achie Ya?Salam kenal. Aku Hafiz.” Mereka berjabat tangan. Selama kedatangan Hafiz Achie sok deket banget—sok pura-pura akrab sama Cheri. Cheri merasa muak.


Cowok itu pulang. Tidak biasanya Achie muncul dan bicara dengan Cheri.
“Ngomong-ngomong cowok tadi lumayan juga. Anak kuliahan kan? Boleh gak jadi cowok gue.. BTW lo kenal sama dia dimana?” tanyanya. Cheri gugup menjawabnya.
“Dia..dia.. alumni sekolah gue. Lo naksir sama dia?”
“Iya. Dan kalo lo berhasil comblangin gue supaya jadian sama dia, Gue bakal nerima lo sama nyokap lo sebagai adik sama nyokap baru gue. Sepakat?” tawarnya. Dia baru sekali ini mau untuk masuk ke kamar adik tirinya itu. Cheri memikirkan itu masak-masak. Masa hanya demi kakaknya yang bete’in abis itu dia rela’in pacarnya untuk jadi pacar kakaknya? Namun—kepepet—itulah yang jadi masalahnya.
“Baik”
Segera Cheri menelpon pacarnya itu dengan segala kejujuran.
“Apa pun akan aku lakukan agar Achie tidak membenciku. Kumohon Fiz, aku juga sangat sayang sama kamu. Kamu tolong ngerti’in aku. Sama tolong bantu aku, Please..”
“Baiklah Cher. Untuk sementara biarlah aku mengalah dengan jadi pacar Achie. Ini demi kamu bahagia dan agar tidak terus-menerus dibenci kakak tirimu itu. Tapi aku gak punya hati sama sekali sama dia. Namun pada akhirnya kita harus jujur juga.”

“Iya Fiz aku juga sadar akan itu. Tapi biarlah aku yang menanggung itu semua. Untuk semuanya thanks berat ya, sayangku.” Telepon pun ditutup. Selang beberapa hari, Achie sudah jadi pacar Hafiz yang dewasa banget itu. Dilihat dari segi manapun Hafiz gak cocok sama Achie yang berantakan banget. Tapi Cheri sama Hafiz tetap terus berhubungan jarak jauh.
Hingga..


Gilang sepupu Achie lagi ngobrol asyik dengan Achie di ruang tamu. Gilang kaget banget waktu denger Achie jadian sama Anjaru Hafiz. Sepengetahuannya Hafiz itu pacar Cheri. Setelah mendengar cerita pertemuan pertama Achie dengan Hafiz, Gilang langsung bisa ambil kesimpulan. Achie pun di beritahu hal yang sebenarnya.
“Chie, lo harus denger yang sesungguhnya. Gue tau pasti Hafiz itu cowok Cheri udah tiga tahun jadian. Cheri itu sayang banget sama Hafiz. Terus lo naksir sama cowoknya. Lo juga iming-iming Cheri bakal nerima dia jadi adik lo kalo nyomblangin lo sama Hafiz’kan? Cheri itu tulus banget kasih semuanya sama lo demi lo terima dia. Termasuk kasih pacarnya. Kurang apa lagi dia?” Achie yang mendengar pengakuan itu semua akhirnya sadar juga.
Dia merasa malu. Dan naik ke kamar Cheri,

Langsung memeluk adik tirinya itu.
“Cheri.. sory.. sory banget lo jadi kasih pacar lo sama gue.. gue.. udah denger semuanya dari Gilang..” Achie gak bisa menahan tangisnya. Dia terus menerus menangis di pelukkan adiknya itu, Achie kemudian meminta maaf pada adiknya itu. Dan menerima Cheri sebagai adiknya dan tentu saja dia juga melepas Hafiz agar dapat jadian lagi sama Cheri.






--Tamat--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar