Sabtu, 29 Agustus 2009

twins brother - sister

Twins Brother-Sister






Well, kami dilahirkan kembar. Namun tidak kembar dalam hal sifat, rupa, terlebih kelamin. Aku lahir tiga menit setelah dia lahir. Tepatnya Eyriel. Sedang namaku Ayriel.
“Dua menit lagi, kamu harus menyelesaikan sarapanmu!!” sebuah suara berdengung. Suara yang amat dibenci olehku, oleh seorang Ayriel. Suster Warett. Entah mengapa mommy mau buang-buang uang untuk mengimpor wanita tua ini untukku—jauh-jauh dari Amsterdam. Padahal kalau untuk mencari seorang pengasuh di kota metropolitan macam Singapore, amatlah mudah.
Dan perlu diketahui aku cukup baik untuk memiliki seorang pengasuh.
Wanita tua itu marah padaku lagi karena aku hanya mengaduk-aduk makan pagiku. Tidak menelannya.
“Miss Ayriel.. I don’t know you have trouble hearing. Are you don’t understand what I mean? You must finish your breakfast under two minutes, Ok?” logat Britishnya amat kental. Kupingku hendak pecah mendengarnya.
Aku serta kembaranku memiliki masing-masing satu pengasuh. Pengasuh galakku suster Warett, berkebangsaan Belanda. Sedang pengasuh Eyriel bernama tuan Kyong Do Xie, dia lebih senang dipanggil Master Kyong. Karena itu nama pemberian puterinya yang sudah meninggal, begitu katanya.
Namun Eyriel lebih beruntung dariku. Master Kyong begitu baik, dia tidak pernah bicara dengan bahasa yang sama sekali tak kumengerti.

Juga tak pernah memakai gaun yang sama sekali tak pantas dikenakannya. Seperti yang dilakukan si W. Kalian tau kenapa Eyriel meninta mommy menyewakan pengasuh asal korea? Kembaranku itu punya masalah dengan negara di Asia Timur itu. Dia begitu gila pada korea, karena tae kwon do-nya. Itu saja.
Seharusnya yang musti ditanyakan, mengapa kami yang baru berusia 11 tahun ini sudah memiliki pengasuh? Jawabannya terletak pada mommy. Mommy menghendaki kedua anaknya berkembang pesat dalam IQ dan SQ. maka Warett’pun dibayarnya, Warett sangat pandai bernyanyi. Mommy menghendaki aku pandai dalam hal itu. Di negaranya Warett terkenal sebagai penyanyi handal dan dia juga terkenal sebagai balerina cantik, saat itu…
Sedang master Kyong disewa agar kemampuan tae kwon do Eyriel berkembang. Terakhir Eyriel memenangkan program master U-11 se-Asia di Taiwan. Keren bukan?


*******
Kalau prestasiku, minggu lalu menang juara modeling yang diadakan di pusat kota Singapore. Untuk hal itu, aku angkat topi untuk pengasuhku. Aku menang berkatnya.

“Baiklah. Kalau kau sudah sarapan, berangkatlah menuju mommy’mu!” namun untuk hal ini, aku membencinya, dia sok ngatur! Aku berjalan malas mengambil ransel lalu turun ke ruang keluarga dimana ada mom and dad disana. Sedang minum kopi di bar kecil yang letaknya di sudut dapur.
Aku menciumi kedua pipi mereka dan duduk disebuah kursi kecil yang terlapis melamin impor dari Prancis. Suster mengikutiku dan selalu tersenyum ramah didepan orang tuaku. Menyebalkan. Suster bermuka dua, didepanku—tidak ada ramahnya sama sekali.
Tak lama sesudah itu, Eyriel turun dari lantai atas beserta master K. mereka menuruni tangga dengan wajah bahagia. Dan dengan canda ciri khas mereka. Enak banget kayaknya punya pengasuh macam master. Tapi aku nggak mau harus berlatih tae kwon do yang kasar itu.


*******


Suatu kenyataan yang harus aku pahami masak-masak, yakni; aku terlahir sebagai seorang puteri bangsawan, dimana aku harus memiliki seorang pengasuh yang harus mengikuti kemana arah langkahku, aku punya saudara kembar, saudara kembarku bernasib sama denganku, memiliki pengasuh yang kerasnya bukan main, namun ramah, aku bersekolah khusus anak bangsawan yang diwajibkan berkelamin perempuan, dimana tiap murid sekolah itu—tak ada yang tak kaya, tak ada yang nggak punya pengasuh, selain itu aku harus menerima kenyataan bahwa, aku sama sekali tidak akrab dengan orang lahir tiga menit sebelum aku. Yeah—kembaranku sendiri.


Kami ditakdirkan tidak akrab, tentu saja dapat dimaklumi—kami berbeda sifat, dia tidak mungkin membaca majalah fashion bukan? Selain itu kami berbeda sekolah, berbeda kamar, berbeda pengasuh, berbeda supir pengantar, berbeda kelamin, dan yang jelas kami berbeda keyakinan;
Dia meyakini bahwa permainan sumo di negara sakura adalah permainan terkeren didunia mengalahkan permainan bola David Beckham; sedang aku berpendapat dua permainan tadi (sumo dan sepak bola) membosankan! Hanya melihat dua orang mengadu berat tubuh, dan satu lagi permainan membosankan! Hanya melihat 22 orang rebutan satu bola. Buang-buang waktu bukan?



“Mom, Dad, aku berangkat!” aku sekejap hilang dari pandangan mata. Dan sependengaranku, mom berbincang sebentar dengan Si Marett.
“Hari ini, apa saja kegiatan Ayriel?” suster mulai mengeluarkan catatan kecil dari sakunya dan mulai membacakannya dihadapan mom.
“Pukul 4.46 pulang sekolah, pukul 5.00 les balet, pukul 6.00 makan malam di restoran Arase De Gaule, sudah saya booking tempat, pukul 6.45 les bahasa mandarin dan chinesse, pukul 8.00 tepat les vocal, pukul 8.55 pulang dan mengerjakan Pr. Sekian untuk hari ini.” Bagi puteri bangsawan, hal semacam itu harus dibiasakan.



“Baiklah... Oh tidak, luangkan waktu setidaknya tiga puluh menit kalian ke panggung pertunjukan biasa tempat Eyriel tampil. Hari ini dia pertunjukan drama kolosal cerita Mongolia, mengerti?” Buru-buru Marett mencatat. Cepat sekali, kecepatannya melebihi kecepatan udara di dalam air.



Dan dia menyusul kami. Aku dan supirku. Aku sudah menaiki mobil sport city wagon model terbaru, yang atapnya dapat terbuka dan dengan jendela safari. Tidak seperti wagon umumnya. Wagon memang model eighties tapi diubah jadi keren, bayangkan layar televisi 45 inchi—layar terbesar untuk ukuran mobil, lengkap dengan big ipod, DVD player, MP3 Player, laptop, disana juga juga disediakan PS3 looh…..
Mobil mulai berjalan menuju sekolahku, tepatnya penjara bagi gadis usia 11 tahun. Bayangkan, siswanya puteri semua, susternya galak semua, dan otak kami terlalu pintar untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran usia kami pada umumnya, kami sudah mempelajari soal-soal di bangku kuliah!
“Apa hari ini akan ada tambahan acara, Marett?” si tua itu mengangguk.
“Eyriel akan tampil pada drama kolosal. Begitu kata mommy`mu.”
“Oh ya? Sudah kuduga. Dua hari yang lalu, aku memperhatikan Eyriel bicara sendiri di kamar mandi. Kupikir dia sudah sinting, rupanya berlatih drama…” tawaku. Dan mengambil roti isi keju yang ada dimeja kecil dimobil.


*******


Kami sampai—ke tempat yang disebut penjara bagi kami. GUALENKUQ PRINCIPAL ACADEMY JUNIOR HIGH SCHOOL FOR LADIES. Sekolah luas sekali, padahal hanya junior high school saja. Dan perlu diketahui, kami harus menggunakan berbagai bahasa disini, nggak boleh bahasa Inggris saja, harus ada bahasa China, Mandarin, Jepang dan logat kansai.
Maka dari itu; untungnya, ada Marett, jadi aku bisa bertanya sepuasku kalau nggak tau. Marett memasuki sekolah dengan membawa tasku, kami berdua berjalan dikoridor penuh keaggunan. Semua siswa lain juga begitu, anak bangsawan harus memiliki pribadi sempurna.

“Oh.. good morning, Miss.Marett.” ada yang perlu kau ketahui lebih jauh, Marett masih perawan. Yang memanggil ialah Mrs. Vyangeline, yang sama profesinya seperti Marett. Pengasuh, dia pengasuh sahabatku.
Tepatnya seniorku, Andrea dia second grade junior high school. Anaknya cantik, sangat populer diantara mahluk yang disebut cowok. Namun tentu saja diluar jam sekolah, karena disekolah kolot ini tidak menerima mahluk yang bernama pria.
Dan Andrea itu lebih cantik dan manis dariku. Seketika itu, yang aku ketahui ialah pengasuhku berbincang dengan pengasuh- nya salah satu supermodel top tahun ini U-12 maka, Andrea sedikit menyapaku,


“Oh, Hai, Nona Ayriel..” sapanya penuh tata krama, aku pun membalasnya,
“Oh, hai juga.” Dan kami mulai membicarakan mengenai peraturan baru sekolah kami, dimana mewajibkan para siswinya tidak diperbolehkan mengenakan sandal ke sekolah, tidak boleh mengecat kuku, kalau di manicure tentu boleh, tidak boleh menyisakan makan siang, tidak boleh menggunakan pakaian yang memperlihatkan pusar, peraturan bodoh bukan?

Setelah itu, dia berkata padaku begini,
“Ngg.. Ayriel, dua hari yang lalu, aku tanpa sengaja menyaksikan permainan tae kwon do kakak kembarmu. Dia sungguh hebat, sungguh keren, dan sungguh tampan. Dan gejolak dalam darahku begitu menggelegak melihat pertunjukan Eyriel Exlovinsky Pertnaboulde kala itu. Dan ada yang musti kamu ketahui; sepertinya aku naksir pada Pertnaboulde Jr.”

Begitu katanya, aku menelan air liurku. Apa kakak kelasku ini sungguh-sungguh naksir pada kembaranku? Dunia sudah terbalik. Andrea bisa saja mempermainkan dua puluh cowok—kalau dia mau. Tapi sekarang, dia naksir pada kakakku! Yang satu tahun lebih muda dari umurnya.
Satu hal yang aku salut pada seniorku itu, dia mampu membacakan nama lengkap Eyriel dengan ejaan dan kaidah yang tepat. Aku saja belum mampu membacanya. Mom memilih nama yang terlalu sulit. Sedang namaku amatlah mudah, Ayriel Cloudezensky. Tidak serunyam Eyriel`bukan?!.



Aku tidak berkata apa-apa lagi. Bibirku bagaikan dikunci. Sampai dia bilang,
“Kau tidak keberatan bukan apabila aku menikah dengan kakakmu itu, kita akan menjadi saudara ipar yang baik..” Andrea terus tersenyum tanpa dosa. Saat itu ingin rasanya aku pingsan ditempat. Namun kubatalkan, mengingat guru kesehatanku amat galak.
Dan pernah salah memberikan obat pada seorang pasien karena keteledorannya. Makanya aku batalkan untuk pingsan. Sungguh deh, kaget banget.
“Hallo. Kau masih ditempat?” aku gugup. Kupandangi Marett masih asyik berbincang. Ingin rasanya Miss.Marret menyudahi pembicaraannya dengan Mrs.Vyangeline—lalu secepat mungkin aku ingin kabur!


“Ayriel, aku tidak mengetahui mengapa tingkah lakumu itu berubah menjadi aneh, namun, kamu masih bersedia menjadi adik iparku bukan?” ini ialah peristiwa yang hampir membuatku pingsan kedua kalinya.

“SURE, CERTAINLY.. YOU’RE WELCOME..” aku berkata begitu agar Andrea menghentikan omongannya yang kacau. Dia justru tersenyum, well.. baiklah. Eyriel tampan. Eyriel pandai dan seorang pria kharismatik.
Sebelum aku pingsan untuk ketiga kalinya, pengasuhku Miss.Marret mengajakku untuk menuju ruang kelasku. Dan jam pertamaku hari ini ialah kelas kimia. Susternya amat baik, dia pengertian—dia tidak menghukumku walau aku tidak bisa membacakan salah satu hukum kimia. Pokoknya Mrs.Joulie sangat baik.


“Baiklah Ayriel. Sampai jumpa! Oh iya, apa kau akan datang pada pertunjukkan drama kolosal Mongolia kakak kembarmu malam ini di gedung kesenian Financial ditengah kota?” nafasku seakan sesak. Seketika aku malu pada diriku sendiri. Andrea yang bukan apa-apa Eyriel tahu pasti dimana Eyriel pentas hari ini, yang lebih membuatku shock dia mampu membacakan nama Eyriel dengan sempurna.
“Ayriel, apakah kau akan datang?” aku terkesiap. Wanita itu tidak mampu menutup mulutnya.

“Iya, tentu saja, Andrea. Aku akan datang..” senyumku.
“Baiklah. Sampai jumpa nanti malam.” Andrea serta pengasuhnya berlalu dari hadapan kami. Aku memperhatikan gerak jalan Andrea, bagai angsa menari di danau, dia berjalan layaknya foto model di catwalk. Padahal dia hanya berjalan di koridor Gualenkuq Principal School Junior High School for Ladies.



“Ayo, Ayriel. Kita hampir telat..” akupun menuju kelas kimia. Puluhan pengasuh berdiri didepan kelas. Menunggui anak asuhnya. Itu pula yang dilakukan oleh Miss.Marret. di kelas kimia hanya ada sekitar dua puluh delapan orang.
“Ayriel, bagaimana pertunjukkan baletmu kemarin di Bergand City Hall? Kau memenangkan kategori apa?” tanya sahabatku Cindy.
“Aku memenangkan kategori catwalk terbaik, fashion stylish terbaik, dan baby face terbaik. Juga peraih juara kedua. Dan Cindy, kau tahu—juara satunya dimenangkan oleh Viara. Dari kelas delapan.” Kataku.
“Wow! Viara memang berbakat. Dari berita yang kudengar, hari ini dia tidak masuk karena kakinya sakit gara-gara pertunjukan kemarin.” Aku tersenyum.
“Yah, dia terlalu memaksakan…” obrolanku terhenti begitu suster pengajar kimia masuk. Suster yang kubilang amat baik itu.



“Apa? Jadi sehabis menonton pertunjukkan kakak kembarku, aku masih harus menemui psikiaterku? Kumohon, Marret, esok saja. Aku cukup lelah hari ini..” pintaku. Aku baru saja menyelesaikan les balletku. Aku, Miss.Marret dan supirku menuju Gedung Kesenian Financial, tempat pertunjukkan drama kolosal Eyriel.
“Baik. Akan ku telpon Mrs. Ginny untuk membatalkan pertemuan psikologismu hari ini. Tapi berjanjilah—esok kau harus menemui Mrs.Ginny..” senyum Marret penuh mengerikan. Aku mengangguk.
Lalu mobil mahal itu berhenti disebuah gedung mewah pengasuhku menghubungi Mommy untuk menanyakan harus duduk dimana aku dan dia.
“Baik, nyonya.. bangku VVIP H no 439-440.” Dia memutuskan hubungan telpon.



“Ayo ikuti aku.” Aku hanya membiarkan diriku ditarik oleh Marret walau kasar sedikit—aku harus mengakui Marret itu hebat. Dia dengan segera berhasil menemukan mommy dan daddy duduk. Disana juga ada master Kyong. Pengasuh Eyriel. Aku beserta Marret duduk didekat master Kyong.


“Hai, Master…” sapaku. Master Kyong tersenyum ramah. Dia sangat baik padaku.
“Kapan pertunjukkan Eyriel akan dimulai?” tanyaku. Master tae kwon do itu memperhatikan jam tangannya.
“Kurang dari lima belas menit lagi.” Aku mengangguk. Dan terus membicarakan masalah Eyriel.
“Oh, iya, master, peran apa yang akan dibawakan Eyriel kali ini?”
“Dia memerankan peran seorang ksatria yang mengenakan topeng—tidak mau jati dirinya diketahui khalayak ramai. Lalu si ksatria yang bernama asli Volcozie itu bertemu dengan sang puteri yang dihukum di penjara. Maka sang putri meminta sang ksatria membuka jubah dan topengnya. Lalu mereka menikah penuh kebahagiaan. Begitu, Ayriel..” kata Master panjang lebar menceritakan peran Eyriel.
“Wiuh, Eyriel kalau begitu jadi peran utama dong?” master mengangguk yakin. “
“Siapa yang akan jadi sang puteri, master?” master Kyong menggeleng. Sepertinya dia kurang tau.


*******


Lalu aku mengeluarkan suatu yang keluar dari lubuk hatiku paling dalam, soalnya kalau mengenai kakak kembarku—darahku seakan bergejolak.
“Master! Ayo kita ke balik layar. Melihat persiapan Eyriel. Apa Master Kyong setuju denganku?” senyumku lebar-lebar. Master mengamatiku kemudian dia tersenyum lebar.
“Ayo, Ayo, Ayriel..”
“Nyonya, Tuan, izinkan saya membawa adik Ayriel kebelakang layar. Agar kami bisa melihat persiapan-persiapan Eyriel. Miss.Marret biar saya yang menjaga Ayriel.” Sungguh! Kala itu aku sungguh merasa bebas. Bebas walau hanya lima belas menit pergi dari sisi pengasuhku yang membosankan 99% dan 1% membanggakan.
“Ayolah Mom… Dad! ijinkan aku..” pintaku pada Mom juga Dad. Hanya dengan anggukan—aku merasa amat bahagia. Merasa amat merdeka!!! Lalu tanganku digeret master untuk menuju belakang layar. Baru sekali itu aku menuju belakang layar Gedung Kesenian. Dan kesan yang kutunjukkan. WOW!!!


*******


Pada akhirnya aku dan master menemukan Eyriel. Eyriel sudah mengenakan pakaian ala ksatria. Ksatria yang mengenakan topeng. Tidak sepertiku. Kami mendekati Eyriel. Dan tampang Eyriel menampangkan kemasaman.
“Eyriel, bagaimana persiapannya?” tanya Master. Eyriel memandangi master—kemudian suatu keajaiban, dia langsung memandangiku. Kok dunia mulai berputar aneh ya? Sang ksatria bergerak mendekatiku dan berkata,



“Ayriel, kumohon, kau gantikan sang puteri..” mataku terbelalak. Kaget bukan main. Hari ini aku nyaris pingsan tiga kali.
“Eyriel, memangnya peran sang puteri’nya kenapa?” tanya master heran. Hingga seorang tua sepertinya sutradara—menjelaskan.
“Mendadak dia sakit—harus langsung dirawat. Kena deman berdarah dengue.” Katanya pada master,
“Kumohon, kau saudara kembar Eyriel’kan? Kumohon gantikan sang puteri. Kami nyaris putus asa. Kalau tidak pertunjuk kan ini akan gagal total.” Kata sang sutradara memelas dihadapanku. Aku ngeri memandangi wajahnya.


Apa? Gagal total. Aku tidak mau merusak pertunjukkan saudara kembarku sendiri. Walau kami sama sekali tidak saling akrab sebelas tahun terakhir.
“Baiklah. Aku setuju—aku nggak mau pertunjukkan ini batal. Apakah skenarionya mudah dihafalkan?” tanyaku pada sang sutradara.



Seorang petugas property muncul dihadapan kami dan menerangkan padaku,
“Mudah saja, siapa namamu, gadis manis?”
“Ayriel Cloudenzky..” pertanyaan itu dijawab oleh kembaranku. Tak kusangka—Eyriel hafal nama belakangku. Kalau aku—boro-boro.
“Baiklah. Ayriel.. wah—nama kalian amat mirip. Wajah kalian juga nyaris sama. Pantas saja—saudara kembar. Begini—ku jelaskan. Teksnya aku tuliskan disudut layar. Tulisannya besar-besar. Kau pasti bisa membacakannya. Akan kujelaskan nanti. Yang penting sekarang, kau ke ruang ganti disudut sana. Akan ada Miss.Wina akan mengurusi dandananmu.” Kata petugas property itu. Dia menunjukkan sebuah ruang ganti padaku.
Aku mengangguk paham. Bukan pertama bagiku tampil dalam sebuah drama kolosal. Pengalamanku jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengalaman Eyriel. Lalu aku menuju ruangan yang ditunjukkan.
Tiba-tiba tanganku tertahan. Dan inilah aku nyaris pingsan lagi untuk keempat kalinya dalam sehari. Tanganku ditahan oleh Eyriel. Iya. Eyriel, saudara kembarku yang maniak tae kwon do itu.



“Ayriel, kumohon—sukseskan drama ini. Demiku. Kalau drama kolosal ini lulus—rencananya aku akan disekolahkan di Cina, negara yang amat berkembang dibidang Tae Kwon Do juga dalam bidang drama kolosalnya. Kumohon. Karena kau adik kembarku—walau kita tidak saling akrab, tapi mari kita sukseskan acara ini. Drama ini disiarkan oleh lima belas saluran tivi nasional dan tiga saluran tivi mancanegara…”


Baru saat itulah, aku merasakan bahwa Eyriel benar-benar saudara kembarku. Aku mengangguk paham.
“Aku akan membantu sekuat tenagaku untuk perkembangan- mu…” aku tersenyum ramah pada Eyriel. Tanpa dapat dibayangkan, tiba-tiba Eyriel mencium pipi kananku.
“Makasih ya, adik kembarku..”


*******


Mukaku memerah padam. Langsung berlari menuju ruang ganti. Dan benar disana kutemui seorang gadis ramah. Dia berkata begini,
“Wah.. ini ya, kembaran Eyriel. Kalian mirip sekali. Ayriel, Good luck ya, sayang…” lalu aku didandani bak layaknya puteri. Pakaian yang kukenakan mirip sekali dengan gaun yang digunakan Cinderella, amat indah.
Make up yang diberikan Mrs.Wina amatlah cantik. Dan sesuai dengan karakterku. Tidak terlalu berlebihan untuk wanita kecil usia sebelas tahun. Wanita itu memang berbakat. Setelah keluar dari ruang ganti yang sumpah Panas sekali, aku mendekati petugas property yang tadi berbincang sebentar denganku. Dia menjelaskan trik-trik agar aku dapat konsen membaca scenario juga aku bisa sukses terhadap mimik dan gaya dihadapan puluhan ribu penonton!
Harus! Aku harus mensukseskan drama ini. Aku ditonton oleh dunia. Dan aku bisa membanggakan hal ini keseluruh wanita di sekolahku.
Ajaibnya—aku mudah memahami penjelasan pertugas property itu. Karena masih ada waktu lima menit kupergunakan untuk membaca scenario. Cukup rumit memang… ditengah keseriusanku,
Master Kyong dan anak asuhnya datang.
“Aku sudah baca scenario itu sebelumnya. Dan cukup rumit. Kau yakin bisa melakukannya?” tanya Eyriel yang secara ajaib duduk tepat disampingku. Jarak mukaku ke mukanya kurang dari lima belas centi.
“Ooh, ini mudah—kakak kembarku!! Aku ini lebih berpengalaman di bidang drama kolosal dibandingkan denganmu.. jangan sepelekan perempuan, ya!!” tawaku. Master Kyong mengomentari,
“Nah, saat seperti ini—barulah kalian mirip kakak-adik.”
“Oh ya?” tanyaku.
“Ya.” Jawab Master.
“Master—tolong nanti beritahu Mom agar dia tidak khawatir..” pintaku. Pria berusia 38 tahun itu tertawa kecil dan menjelaskan,
“Aku sudah memberitahunya—bahwa kau akan tampil secara mendadak! Dan kalian tahu… reaksi mereka?!” kami menggeleng. Maksudnya—aku serta Eyriel menggeleng.
“Mom dan Dad mau membeli tempat semahal apapun asalkan duduk tepat di depan panggung,” aku tertawa. Eyriel kemudian juga tertawa.
“Sampai segitunya—hanya karena mereka ingin melihat pertunjukkanku dari dekat.” Tawa Eyriel.
“Tidak! Mom pasti mau melihat pertunjukkan’ku!!” marahku.
“Tidak!!” bentak Eyriel—hingga master yang ramah tertawa,
“Ha..ha..ha..tentu mereka sangat ingin melihat pertunjukkan kalian berdua. Jarang-jarang kalian dapat tampil dalam acara yang sama..” aku tertawa. Kupikir-pikir benar juga perkataan master .



“Hai kalian berdua. Siap-siap! Acara akan mulai kurang dari dua menit. Eyriel, kemarilah, kau akan jadi pembuka acara! Lakukan sesuai latihan!!” Eyriel meninggalkan aku dan Master. Sementara aku sedang membaca skrip. Ah, ini mudah. Tidak perlu contekkan bahkan!

Tiba-tiba seluruh lampu yang gemerlapan ribuan watt mati seketika. Yang artinya acara hendak dimulai. Orang-orang dibelakang layar makin sibuk akan pekerjaannya masing-masing. Layar besar terbuka, amatlah megah,
Dan Eyriel muncul dibalik kain layar. Dia sebagai prolog pembuka, Eyriel amatlah tampan kala itu. Lampu-lampu menyorotinya seorang. Ditangannya memegang pengeras suara.


Sebuah senandung lagu mengalir, suaranya amatlah cantik dan lembut. Pemain pianonya berada dibalik layar. Wanita rupanya. Suara Eyriel menggema ke seluruh gedung kesenian.
“Penonton, hadirin, dan para tamu undangan, selamat datang, terimakasih sebelumnya menyempatkan datang ke tempat ini. Kami akan menampilkan sebuah drama kolosal yang lain dari pada sebelumnya—yang akan disiarkan lima belas saluran televisi nasional dan lima saluran televisi manca negara. Semoga pertunjukkan ini bermakna, terima kasih..” katanya. Layar kembali tertutup. Terdengar tepuk tangan yang riuh dari penonton.
Eyriel mendekatiku setelah penampilannya dalam prolog barusan. “Hei—kata master benar. Mom, Dad, dan pengasuhmu duduk tepat dikursi paling pertama. Bahkan merekamnya dalam handy cam.”


Aku tahu benar. Kedua orang tuaku memang akan melakukan apa saja—asalkan anak-anaknya berhasil. Kemudian Eyriel kembali didandani Miss.Wina.
“Sekarang giliran para dayang-dayang kerajaan yang tampil,” gumamku karena melihat dalam script. Dan benar sepuluh dayang-dayang yang didandani cantik tampil. Mereka menari-nari cantik dengan lemah gemulai.Yang membuat penampilan itu amat cantik ialah karena salah satu dari dayang-dayang itu menyanyi. Ia berdiri ditengah dayang-dayang lain yang menari sungguh amat indah. Para penonton tidak henti-hentinya bertepuk tangan.
Waktu tari-tarian habis. Kini saatku bertindak sebagai puteri sebuah kerajaan. Aku tampil, memegang setangkai mawar kuning. Properti dibelakangku ialah pemandangan taman kerajaan. Banyak bunga-bunga yang menampakkan itu memang taman. Lalu aku hanya duduk di sebuah kursi, memang itu yang tertulis di script.
Alunan melody-melody terus mengalun, hingga perlahan-lahan muncullah Raja dan Ratu yang berperan sebagai ayahanda dan bundaku.
Aku tetap konsentrasi.

“Puteriku,” kata sang ratu menghampiriku. Dia berbalutkan gaun indah sekali. Sang ratu memelukku. Yaah, memang sesuai script. Bagus sudah lima belas menit acara ini berlangsung mulus.
Sang raja berkata dengan penuh bijak.


“Wahai puteriku nan cantik jelita, mengapa kau ke tempat ini?” tanyanya. Di belakang sang raja berdiri empat orang ajudan berseragam ksatria.
“Tempat ini tempat favouriteku, ayahanda…” kataku, petugas property tetap menaruh tulisan besar-besar disudut sana—takutnya aku lupa teks. Tapi, aah, latihan sepuluh menit juga jadi kok.
Sang ratu masih saja memelukku.
“Tapi, taman ini khusus untuk rakyat anakku. Tidak pantas anak seorang raja berjalan-jalan di tempat ini. Ada taman yang lebih indah dan lebih megah dikerajaan kita.” Kata sang ratu yang berada dipundakku dan terus memelukku.
“Benar kata bunda`mu, Putri Shyerisha, tempatmu bukan disini. Disini hanya khusus kaum rendahan.” Kata sang raja.
Naah di script tertulis aku harus marah pada kedua orang tuaku yang kolot itu. Terlalu membedakan si-kaya dan si-miskin.

“Tapi ayah, ayah tidak berhak berkata kasar seperti itu kaum rendahan itu rakyat ayah. Ayah semena-mena!” marahku dan berdiri dari tempat duduk.
Sang ratu menangis tersedu-sedu, datanglah sang dayang-dayang dan membantu ratu keluar dari pentas panggung.


“Kau ialah anak raja, Putri Shyerisha,,”
“Tapi aku tidak menyukai perilaku ayahanda yang bersikap demikian pada rakyat ayahanda! Shyerisha menolak!!” bentakku.
“Anak tak sopan!”

PRAAAK

Aku terjatuh. Para penonton bertepuk tangan akan kemahir an`ku pura-pura menangis. Sungguh amat bagus. Bagai benar-benar di tampar. Tapi harus kuakui sang raja mahir dalam berpura-pura menampar.
Aku menangis.
Sungguh-sungguh, benar-benar menangis.
“Penjaga, bawa anak ini. Hukum ke penjara bawah tanah sampai esok hari ketika ayam jantan berkokok..” sang raja marah, bertolak pinggang dan keluar dari panggung diikuti empat orang penjaga. Sementara itu datang kira-kira enam orang algojo suruhan raja menarik tanganku, dan aku dibawa keluar panggung. Aku beradegan menangis menjerit-jerit. Sementara ku lihat mom asyik merekam dengan handycam.


*******


Tugas pertamaku berakhir. Panggung tertutup, penggantian property. Para penonton diperdengarkan sebuah melody indah. Sang sutradara bertepuk tangan, tim-tim kreatif juga bertepuk tangan padaku.
“Hebat, hebat, hebat kau Ayriel. Tadi itu sungguh amat sempurna. Kau terlihat sungguh mengagumkan walau tidak pernah latihan.” Aku tersenyum puas, sang sutradara memberikan tangannya untuk kusalami. Sang ksatria, tepatnya, kembaranku duduk di sebuah kursi, aku menghampirinya.
“Terima kasih, Ayriel..” dia memelukku.
Waaah, indahnya.
“Habis ini tinggal giliranmu, buat mom dan dad bangga oke…” kami tersenyum bersama. Dia terlihat gagah sekali dengan mengenakan kostum ksatria dengan mengenakan topeng. Aiih.. tampannya…




*******



Gorden besar terbuka—para penonton drama kolosal itu akan menyaksikan bagaimana kisah kelanjutan puteri Shyerisha yang melawan ayahanya dan kemudian dia dimasukkan ke penjara—hingga suatu waktu dia akan menemukan seorang ksatria yang akan membuatnya bahagia.
Lalu di panggung menampilkan suasana di sebuah peternakan. Banyak pemeran-pemeran pembantu yang berperan sebagai orang-orang peternakan, ada yang menjadi pemerah susu sapi, penggembala domba, dll.
Lalu muncullah kakak kembar Ayriel—orang yang memiliki nama lengkap yang amat susah dikatakan! Aku berani bertaruh—Andrea pastilah sangat iri denganku yang berperan satu panggung dengan orang dicintainya.
Aku juga berani bertaruh—besok ia akan memenggal kepalaku.


Eyriel muncul sebagai seorang ksatria dengan kuda putih disampingnya—kudanya sungguh-sungguh asli. Kalian dapat memba- yangkan? Eyriel muncul dengan topeng—dengan baju baja kekar pokoknya ganteng sekali.
Eyriel mendekati seorang pemerah susu.
“Wahai ibu yang baik hati—dapatkah kau memberi tahuku—ksatria dengan topeng, dimana letak kerajaan terdekat disini?”
Ibu-ibu pemerah susu itu berdiri!
Bahkan sapinya asli juga lho…
“Wahai ksatria bertopeng—jalanlah kurang lebih lima kilometer maka akan kau temukan pusat kerajaan ini.” Ibu itu berkata. Sang ksatria yang dimainkan kakakku menuju kerajaan yang dimaksud.


Lalu sesuai perintah pak sutradara—muncullah bala tentara yang cerita ialah bala tentara kerajaanku. Mereka terdiri hampir dua puluhan orang. Mereka mainnya tidak terlalu buruk lho. Para bala tentara yang terlihat masih cukup awam itu kemudian mengelilingi kakak kembarku. Di scenario memang tertulis

“sang ksatria kemudian dijebloskan kepenjara setelah di lakukan persidangan, karena seenaknya memasuki kawasan kerajaan lain tanpa seijin tertulis dari raja. Dan kalian tahu—sang ksatria dengan topeng itu akan bertemu dengan sang putri kerajaan, lalu mereka berusaha kabur dari penjara—dan akhirnya ksatria bertopeng itu rela melepas topengnya demi permintaan putri. TAMAT”

Yaah…begitulah…

Kita kembali ke pertunjukkan.
Ksatria yang sedang dikelilingi bala tentara berkata,

“Hei.. apa salahku hendaknya hingga kalian menangkapku?” tanyanya. Dua bala tentara memborgol kedua tangan Eyriel.
Tapi memang sesuai scenario—tidak satupun dari tentara berkuda itu yang menjawab pertanyaan Eyriel. Satu adegan berakhir. Lalu tirai besar itu tertutup lagi. Tandanya pergantian property. Suasana gelap gulita.


*******


Dibelakang layar. Pak sutradara yang menurutku amat friendly itu bertepuk tangan. Entah untuk apa..? Para aktor baru sadar setelah pak tua—yang nampak masih sangat muda itu berkata,
“Hebat…hebat…kalian memang aktorku yang paling mudah diajak bekerja sama…” Eyriel menghampiriku. Dan itu hampir membuatku ingin pingsan—entah untuk keberapa kali dalam satu hari ini.
“Kau hebat,” pujaku.
Dia tersenyum!!!!
Ya…dia tersenyum padaku!!!!!

Bayangkan!!
Suatu kejadian yang amat jarang dalam sebelas tahun terakhir. Dia dengan tampang biasa membalas pujianku.

“Ehm.. memang sudah seharusnya. Sebentar lagi kamu`kan tampil… sudah make-up lagi?” tanyanya. Aku mengangguk semangat. Dia menambahkan,
“Sebentar lagi—kita beradegan bersama… Mari bekerja sama…” pintanya. Sama seperti ketika sebelum pementasan drama kolosal yang lumayan membosankan ini.
Yah…aku menganggukkan saja.



Pak sutradara terlihat sibuk mengajari para aktornya yang masih terkadang salah bicara—atau terkadang salah mimik. Dia terlihat repot sekali, peluh keringat nampak mengucur.
Tiba-tiba alunan simfoni mengalun manis.
Ini tandanya.
“Eyriel, tampillah…” perintah pak sutradara. Kakak kembarku itu mengangguk paham… dan mulai muncul dipentas.

“Ceritanya ini sedang diadakan sidang disebuah lembaga tinggi kerajaan. Ada raja—ceritanya ayahanda dan ibundaku. Eyriel saudaraku tampil sebagai tersangka. Dia muncul dengan diikat oleh beberapa tentara berpakaian seragam lengkap.”


“Ada apa ini hingga muncul dihadapan kita seorang pria dengan kedua tangan diikat?” tanya raja yang mengarah ke Eyriel.
Salah satu dari tentara menjawab,
“Tuan bertopeng ini masuk ke daerah kerajaan kita tanpa bisa menunjukkan surat ijin, baginda Raja…” lapornya.
Raja itu mengangguk-anguk paham.
“Wahai tuan dengan topeng—siapakah engkau?”
Eyriel diam saja.


Raja bingung, beliau bertanya lagi, “Ksatria tanpa nama, siapakah engkau?”
Untuk kedua kalinya Eyriel diam.


Raja marah.
“Tak tahu di untung… pengawal—masukkan ke penjara!!” marah Raja. Para pengawal yang berjumlah lebih dari dua puluh itu mengerubuni Eyriel. Eyriel kemudian dibawa ke penjara.


Tirai kembali tertutup.
Adegan ini sudah berakhir.
Para petugas property mengganti panggung menjadi suasana penjara. Disinilah aku akan tampil mesra dengan kakakku sendiri. Membayangkannya saja aku sudah merinding. Namun—akhirnya nanti saja dipikirkannya saat pentas.



Yaa.. tirai kembali terbuka. Para penonton akan menonton persembahan kami. Mommy nampaknya tidak bosan-bosannya merekam drama yang bisa dibilang cukup biasa saja alur ceritanya. Namun, bagi mom mungkin memang ceritanya biasa namun—pemainnya luar biasa!!!
Sudah kuceritakan barusan bukan? Bahwa ini adegan akhir-akhir. Property menunjukkan bahwa ini sedang ada di penjara bawah tanah. Ceritanya.
Aku yang tadi bertengkar dengan ayahandaku pemilik kerajaan. Oleh sebab itu aku dikurung di penjara bawah tanah, dan nantinya aku akan bertemu pangeran bertopeng itu.


Lalu,
Beberapa serdadu kerajaan membawa paksa pangeran bertopeng itu,
“Huh.. Makanya katakan saja jati dirimu sebenarnya. Maka kau akan dibebaskan… Tuan Ksatria” ejek seorang serdadu bawahan ayahandaku. Saat itu aku tampil sebagai seorang puteri kerajaan yang dihukum dan dijebloskan ke penjara, lalu seroang serdadu lain memasukkan ksatria yang nampaknya tampan itu ke penjara yang sama—satu ruangan dengan sang puteri.


Lalu serdadu yang kira-kira berjumlah tujuh orang itu pergi meninggalkanku dengan kembaranku. Menurut scenario aku harus diam kira-kira lima menit.
Akhirnya lima menit itu terlewati. Saatnya aku berbicara!

“Ksatria, siapa gerangan dirimu?”
Sang ksatria diam saja.
“Wahai ksatria—aku ini senasib denganmu. Aku dihukum yang sama sekali tak kuketahui apa kesalahanku. Oleh karena itu bicaralah…”
Alunan shymphoni mengalun. Artinya akan ada nyanyian. Memang begitu yang tertulis diskenario. Aku dan kakak kembarku menanyi dan menari bersama. Bersama banyak penari latar yang sungguh—keren sekali penampilannya. Saat ku tengok sedikit mom, dia serta Ms.Marret pengasuhku, masih terus-terusan merekam penampilanku. Ia pastilah bangga—memiliki anak seperti kami.


Nyanyi-nyanyian telah usai. Kini harus benar-benar serius. Hampir selesai pertunjukkan ini.
Aku dan sang ksatria masih berada di satu ruangan yang sama,
“Aku adalah hanya seorang pengelana, pengelana kemana saja. Hanya ketika melewati kerajaan ini tiba-tiba aku ditangkap, karena dikira penyusup. Lalu aku dijebloskan ke penjara.”
“Ayahku memang seenak perutnya saja.” Kami saling mendekat, saat itu perasaanku berkecamuk. Sedang Eyriel nampak biasa saja. Dia tetap berkonsentrasi—aku paham ini pertunjukkan pentingnya. Tapi, apakah ia tidak gerogi—aku saja sampai merinding—karena nanti pada saat pertunjukkan—akan ada adegan ciuman sang putri dengan sang ksatria yang sudah melepas topengnya.


“Ayahmu?” Eyriel makin mendekatiku.
“Ya.Ayahku seorang raja kerajaan ini.”
“Apa? Seorang raja membiarkan puterinya berada di penjara bawah tanah?? Aku tidak percaya,” kata Eyriel. Tanganku digekapnya. Posisiku tepat lima centi dari hadapannya.
“Aku dihukum, aku tadi siang berada di taman bagi rakyat. Dan ayah tidak menyukainya, lalu aku dihukum kemari.” Dekapan tangan Eyriel membuat jemariku kaku. Sungguh!!
Tapi adegan harus dilanjutkan, ditengah kegugupanku, aku berkata pada sang ksatria,
“Jika kau mau, wahai ksatria, aku mau mengikuti engkau—kemana pun engkau pergi, asalkan jauh dari negeri ini…”

Lalu Eyriel memelukku.

Kalau kakak kelasku, Andrea—yang tadi pagi berbincang denganku—melihat adegan ini, sudah pasti esok aku akan dibunuhnya. Tapi itu mustahil, sebab aku memiliki Ms.Marret pengasuhku, juga super hero-ku.
“Sungguh kau mau mengikutiku kemana pun aku pergi?” tanya sang ksatria.
“Iya.” Jawabku.
“Asal…” kataku lebih jauh.
Pelukkan itu terlepas. Memang begitu yang tertulis di scenario. Sang ksatria masih mendekapku.
“Asal aku diperbolehkan memandangi wajahmu…” senyumku. Para penonton bermacam-macam menanggapinya. Ada yang menangis, ada yang tertawa, ada yang biasa saja. Dan macam-macam reaksi lain.
Sang ksatria bertopeng tertawa kecil.
Lalu mulai membuka topengnya.


Mulailah… Para penonton bertepuk tangan! Kagum sepertinya.

Dan inilah detik-detik yang paling aku takutkan!
Ksatria Eyriel tanpa topeng itu mendekatkan bibirnya pada bibirku, samar-samar aku mendengar suara kecil Eyriel, suaranya amat pelan—agar penonton tak mendengarnya.

“Maaf ya, Ayriel adikku…” dan….
Sebuah kecupan hangat Eyriel menempel di bibirku. Agak lama, karena memang begitu skenarionya. Dan saat-saat itulah yang memang dinanti-nanti para penonton! Mereka sama sekali tidak memikirkan perasaan pemainnya! Masa` aku harus beradegan mesra bahkan berciuman dengan saudara kembaranku sendiri.


Kejadian itu tak lama. Selain membuatku shock—ternyata ada yang lebih shock dariku—pengasuh dan orang tuaku. Mereka tak membayangkan akan ending seperti ini.
Lalu cerita pun berakhir.
Para dayang, para pengawal, sang raja dan sang ratu muncul. Inilah akhir dari drama kolosal Mongolia ini. Semua pemain berkumpul bersama bernyanyi bersama—para penonton tampak puas! Mereka tak henti-hentinya bertepuk tangan.

Saat kami semua bernyanyi, Eyriel berkata padaku, “Ayriel, maaf ya…” katanya. Aku tahu maksud pembicaraannya. Aku mengangguk.
“Aku paham. Lalu—kalau kau latihan pada gadis yang seharusnya memerankan sang puteri—apakah kalian berciuman juga?”
“Nggak. Kata Pak Sutradara ciuman sungguhannya hanya pada saat pertunjukkan,” jawab lelaki ganteng disampingku.

“Ooh, nanti kita akan dalam masalah besar…” kataku.
“Masalah besar? Aku tak paham?”
“Mom dan Dad pasti mengamuk.”
Wahahahahahaaaa….

Kami tertawa penuh keriangan. Entah untuk kesekian kalinya dalam sehari Eyriel memelukku lagi. Sepertinya mulai saat ini hubungan kakak-beradikku dengannya akan mulai membaik.






===TaMaT===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar