Paddlewheel
Kincir Air
Keluargaku baru pindah kemari dua hari yang lalu, tentunya aku belum hapal benar tetanggaku.
“Ichie, bagaimana kalau kau keluar rumah sambil berkenalan dengan tetangga barumu?” suruh Mama padaku.
“Nanti saja Ma. Ichie sedang malas sekarang.” Jawabku. Namun lama kelamaan bosan juga dirumah seharian.
Namaku Sandrina Ichie—disapa Ichie. Aku baru saja lulus kuliah jurusan sastra Jerman, tiga bulan yang lalu. Namun belum dapat pekerjaan juga. Kata Mbok Darmi mama lagi pergi ke salon, maka aku minta ijin mbok Darmi untuk pergi keluar rumah.
Ooh, disini ada salon. Mungkin mama ke salon sini. Disampingnya juga ada ruko toko buku. Disampingnya lagi ada supermarket. Strategis sekali rumahku. Pikir Ichie. Ichie melanjutkan berkeliling komplek dengan berjalan kaki.
Ketika melewati sebuah rumah, tiba-tiba Ichie merasa dirinya dipanggil. Entah oleh siapa.
“Ichie..Ichie.. lo Ichie kan?” kata seorang cowok dari balik pagar. Ichie berhenti sebentar untuk mengamati. Dia tidak mengenal cowok itu.
Cowok tanpa identitas itu menghampiri Ichie. Tinggi mereka lumayan jauh. Ichie sampai cape harus mengangkat kepalanya.
“Lo siapa? Gue kayaknya lupa kenal sama lo deh..” ucap Ichie dengan rada ling-lung.
“Huh, dasar belum tua udah pikun. Gimana gedenya? Gue Idris temen kecil lo waktu di Belanda. Lo udah inget belom? Dulu tiap hari lo maen ke rumah gue. Inget’kan rumah gue yang di samping Paddlewheel. Kincir air..” cowok cakep itu penuh senyum. Ichie sambil terus mengamat-amati muka cowok yang bernama Idris itu.
“Paddlewheel? Kayaknya gue udah mulai inget. Dulu lo yang sering metik’in strawberry untuk gue bukan?”
“Yap. Betul sekale. Gue tau lo suka strawberry. Sekarang masih suka?” Tanya Idris.
“Masih..” jawab Ichie.
“Ooh, lo inget gak, dulu kita main Lumpur. Terus karena takut dimarah’in bonyok, kita cebur’in diri ke Paddlewheel. Inget gak?” cowok itu terus mencoba mengulang memory dulu yang sempat terkubur dalam-dalam.
“OOH IYA!! GUE INGET SEKARANG. Lo dulu temen baik gue. Pas gue kelas 3 SD, waktu bokap ditugas’in ke Belanda enam bulan. Kita dulu ketemuannya lucu banget deh.. masih inget ceritanya gak?” Dasar Ichie, tadi diinget-ingetin sekarang malah balik nanya.
“Ya ingetlah. Dulu pas baru lo pindah lo nyasar’kan, terus pas ada gue. Lo nangis seharian di depan kincir air. Akhirnya kita ketawa-ketawa sambil kenalan. Gitu’kan? Idris.. masa lupa sama temen masa kecil..” cowok itu membanggakan dirinya.
“Iya. Banyak hari yang kita lewat’in dengan paddlewheel.” Cewek manis yang ada di depan Idris itu tersenyum tenteram, mengingat enam bulan di Belanda.
“Kapan-kapan kita ke Paddlewheel lagi aja. Dulu kita’kan sering main air disana sampe basah-basah.” Idris juga ketawa sendiri mengingat itu.
“Kok lo sekarang ada disini? Rumah lo ada disini?” Tanya Idris.
“Iya, satu blok dari sini. Blok G, jalan Pemuda Selatan. Nomor 312. Lo juga disini?” Idris menjawab.
“Ngga, ini rumah sodara sepupu gue, gue lagi maen. Rumah gue jauh—di kelapa gading.”
“Idris, lo dimana?” ada sebuah suara dari dalam rumah sepupu Idris.
“Farah, sini. Gue kenal’in sama temen kecil gue.” Teriak Idris. Lalu seorang cewek manis yang sepertinya seusia dengan Ichie muncul mengenakan kaos panjang dan celana jeans hitam ¾.
Begitu saling tatap, antara Ichie dengan cewek itu sepertinya mereka saling kenal.
“Ichie..” teriak Farah.
“Hah? Tiara?” Ichie seakan tidak percaya akan penglihatannya. Dunia itu begitu kecil. Tiara itu teman kuliah Ichie. Sebagai cewek, mereka langsung pelukkan. Idris kaget bukan main, sepupunya kenal dengan temannya.
Setelah melepaskan pelukkan, Idris bertanya.
“Kalian saling kenal?” Farah yang bernama lengkap Katarina Mutiara Farah itu menjawab.
“Iya lah Dris, dia temen kuliah gue. Cuma di kampus gue dipanggil Tiara, bukan Farah. Nah elu, juga udah pada kenal?” tanyanya.
“Iya. Gue kenal Idris di Belanda. Kita sering maen bareng. Gue sering maen ke rumahnya yang deket Paddlewheel.”
Paddlewheel-lah yang telah menyatukan dua teman kecil itu.
****TAMAT****
Sabtu, 29 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar