Chapter 1
MELELAHKAN !! Pikir gue, nemen`in kakak belanja adalah hal yang paling menyebalkan, melelahkan—dijamin membosankan kata gue lebih lanjut.Namun urung gue ungkapkan! Kalo kakak tahu—bisa-bisa dia tidak akan traktir gue lagi.
Nama gue Gebriel Marsha Angelus.Sekarang gue lagi di mobil.Kakak gue duduk manis disamping gue.Dia kayaknya puas m`borong belanja`an.Bayang`in hanya dalam waktu empat jam dia udah bisa borong sampe dua troli.Gile`kan kakak gue satu itu...
“Adek,makasih ya,Mau nganterin kakak...” katanya. “Iya nggak apa-apa kok. Lagi`an lumayan—bisa ditraktir minum kopi.” Jawab gue males.Sebenernya alasan gue mau nganter dia—cuma agar bisa makan gratis plus keluar rumah!
“Yee..Kok gitu siih, dek!” Afry terlihat menyeruput es cream.Akhirnya di mobil itu kami terdiam.Sibuk masing-masing.Afry asyik dengan ponselnya—gue konsentrasi sama jalan.Nama kakak gue itu Nathalie Afryani.
Tak lama—kami sudah sampai rumah.Terlihat Pak Ginan membukakan pintu gerbang. “Makasih, ya, Pak!” kata gue. Mobil pun gue masukin ke garasi. Disaat itulah, terdengar suara, suaranya kakak gue,Afry.
“Pak Ginan,tolong masukin belanja`an aku ke kamar ya...” ujar gadis manis itu.Dia sekarang kuliah di Univ.Indonesia jurusan Management Akuntansi.Sedang gue,masih duduk di kelas 2 SMU.
Dasar Afry! Sukanya perintah saja.Dia malah nyelonong masuk kerumah.Kasihan Pak Ginan membawakan belanjaan dia yang sumpah! Banyak banget.
Gue masuk kerumah,ada cowok yang cukup ganteng duduk di ruang tamu—dia sama sekali nggak memandang kedatangan gue. Cowok itu justru asyik mengutak-atik note booknya.
Dia Reanan.Reanan Defrindo. Kakak gue juga—dia udah kerja,udah punya tunangan malah.
“Gebriel—kemana aja sih,lo..Lama banget pake mobil!” bentak Reanan yang akhirnya memalingkan pandangan dari laptopnya.Mampus gue...Tadi gue sama Afry emang make mobilnya Reanan, kita janji cuma make dua jam.Tau`nya molor jadi empat jam.Maklum hobi belanja`nya kak Afry yang berlebihan.
“Yaah..Maaf`Kak!Habis kayak kakak nggak tahu sifatnya Kak Afry aja.Dia kalo udah masuk mall—udah lupa dunia!” jawab gue lalu gue duduk deket`in kakak sulung gue itu.Tiba-tiba muncul suara!
“Ngawur! Ngawur tuh`kak...” teriak Afry,yang rupanya berada di dapur. “Adek!Ngomong apa`an sih..” komplen Afry sama gue. Gue pura-pura nggak denger aja! Afry kemudian menghampiri kami.
“Dek,emang mobil kamu kenapa?” tanya Kak Reanan sama Kak Afry. “Itu,mobil aku dibawa kebengkel.Emang kakak mau kemana?” sedang Reanan nggak nanya keberadaan mobil gue—karena dia tahu pasti, nyokap nyita mobil gue, karena dua hari yang lalu gue diskors dari sekolahan.Karena gue cabut. Makanya dua hari ini gue diem aja—mati kutu kalau nggak ada mobil.
“Mau kegereja.Mau ada rapat mudika.” Jawab Reanan. Gue sok cuek gitu—ambil remote terus nonton tivi aja.Bodo amat. “Ya udah sana berangkat!” kata Afry dia duduk disela-sela gue sama kak Reanan.Dasar!
“Ya udah deh.” Kak Reanan bangkit berdiri. “Dek,sele- sai`in tugas kakak dong.” Pinta Reanan pada Afry. “Tugas apa Kak?” Afry menyeruput segelas juice lemon.Kak Reanan duduk lagi.Dan menjelaskan beberapa hal—gue nggak tahu pasti sama kak Afry.
“Ya udah deh, Dek, bilang mamah kakak berangkat ke gereja...” kata Kak Reanan. “Iya..” jawab Kak Afry.Gue`mah sedari tadi diam saja.Kakak sulung gue menghilang begitu saja dan terdengar deru mesin mobil keluar dari rumah.Gue asyik nonton tivi.Sedang kak Afry melanjutkan tugas kantornya kak Reanan.
Selang beberapa menit—muncul papah.Beliau nggak kerja karena memang hari ini hari Minggu.Dia tidak mengenakan setelan jas keren,seperti yang biasa beliau pergunakan,melain- kan hanya mengenakan kaos oblong dan celana selutut.
Beliau melewati kami kedua anaknya.Diam saja.Makanya gue diem`in aja.Tampaknya papah menuju dapur.
Beliau melewati kami untuk kedua kalinya.Akhirnya Afry yang menyapa dulu`an.Lebih parah—Afry mendekati papah dan memberikannya sebuah ciuman selamat siang.
“Siang papah...” senyumnya.
Yaah..memang masih pukul dua belas siang.Dan kalian tahu jam dua belas siang sudah dipergunakan kak Afry memborong pakaian.Dan perlu kalian ketahui—papahku itu kalau libur bangun bisa sampai jam dua siang.
“Siang sayang...” papah dan Afry duduk disebelahku.
“Kamu katanya mau belanja—Ry..” kata papah pada Afry.
“Sudah pah,,”
“Dianter siapa,sayang?Pak Ju’eng`kan sedang sakit?” Pak Ju’eng adalah supir kami.Biasanya papah tidak membiarkan putri semata wayangnya—Nathalie Afryani kemana-mana seorang diri. “Dianter adek`ku tersayang..pah! Gebriel...”
Papah menatapku. “Gebriel...tumben mau anter kakakmu ke mall..?” papah bergidik heran.Gue senyum aja. Terus gue jawab, “Yaah..Papah..Mobil Gebriel`kan lagi disita.Jadi nggak bisa kemana-mana.Makanya waktu kak Afry ajak jalan-jalan, why not?” gitu jawab gue.
Papah mengangguk mengerti. “Makanya,Briel,jangan bikin ulah disekolah.Tuuh`kan akibatnya mobil kamu disita mamah.”
“Iya. Nggak lagi.Pah.” males deeh. Lalu Afry berkata,
“Iya pah...Makanya papah tolong bujuk mamah untuk ngasih kunci mobilnya Gebriel.Kasihan adek`pah...Adek`kan udah baik mau anter aku ke mall...” pinta kakakku itu. Yang sumpah! Begitu dia ngomong kayak gitu ke papah—gue sangat bersyukur dilahirkan sebagai adik dari Afryani.
Afryani`kan memang anak kesayangan mamah papah.Mak lum anak cewek satu-satunya.
“Iya pah.Tolong aku..” kataku menambahkan.
“Iya..iya..Nanti mamah kalian akan papah bujuk.Udah`ah papah mau mandi dulu.Habis ini papah harus datang ke perkawinan rekan bisnis papah.” Papah terlihat berdiri dari tempat duduk dan menuju kamarnya—mandi barangkali.
Sepeninggal papah,
“Kak,Thx ya...” kata gue malu-malu.
Dengan anehnya—kakak gue itu langsung meluk gue,emang nggak lama siih—tapi bagi gue—risih banget.
“Sama-sama dek.Tapi,kapan-kapan anter`in kakak belanja lagi yaah.” Pintanya. “Ogah ah.Menderita belanja sama kakak.Disuruh dorong troli.” Canda gue. Kami tertawa.
Papah sudah kembali ke kamarnya.Gue ngelanjut`in acara nonton tivi.Kak Afry melanjutkan tugas yang disuruh Kak Reanan.Kami udah berada dikondisi nggak ada yang saling bicara.Sibuk dengan tugasnya masing-masing.
Gue lihat mamah keluar kamar masih mengenakan kimono tidurnya—beliau nggak menghampiri kami kedua anaknya,tapi justru menuju kamar oma kami.
Oh iya,gue lupa bercerita.Selain dengan dua kakak gue—gue juga tinggal dengan Oma.Beliau ialah maminya mamah. Beliau memang sudah berusia senja—tapi sumpah! Oma`tuh gaul abes.. Omongannya aja gue-elo.Keren banget nggak sih Oma gue itu. Tapi Oma itu kadang menyusahkan. Maklum saja orang sudah tua.
Kalian tahu—band kesukaan Oma gue yang berusia enam puluh satu tahun itu—Corn sama My Chemical Romance, yang sumpah! Anak muda abis,yang bunyi sound systemnya meledak-ledak! Dan yang paling gue kesel`in Oma sama gue sama-sama suka sama Simple Plan! Dan itu yang gue nggak terima.
Yaah.Gue`sih maklum aja—udah tua.Oma sudah ditinggal Opa setahun yang lalu.Opa meninggal gara-gara gagal ginjal. Padahal Opa adalah orang yang paling gue sayang.
Yang gue lihat kemudian mamah keluar bersama ibunya. Tapi bukannya saling peluk—justru malah bertengkar.Tidak ribut besar sih—tapi cukup membuat rumah heboh.Oma`kan kalau teriak bisa mengalahkan auman tarzan.Hehehehee..
“Mami, kan bisa lain kali..” mamah tampak sabar melayani ibunya.Gue sama Afry berpandangan.Oma keluar dengan penampilan ngejreng abis.Pakai syal pink—celana jeans yang lagi digandrungi oleh Afry.Apa Oma nggak sadar bahwa giginya yang sudah tanggal melebihi lima?
“Nggak. Regina, dengar mami! Mamimu ini masih sehat! Mami mau jalan-jalan.Sekarang.Titik!” bentak Oma.
“Tapi mam,sekarang mami ada janji sama dokter Hendi,”
“Bisa dibatalkan,sweety`ku..” Oma menenteng tas yang kayaknya sama persis sama milik Afry.Ya gue ingat!Afry beli tas bertuliskan “QUEEN 17th” itu sebulan yang lalu.Tapi mustahil itu milik Afry.Afry tergolong pelit untuk meminjamkan barang yang baru dibelinya.Tapi dapatkah kalian bayangkan Oma yang berusia 61 tahun itu menggunakan tas yang bertuliskan seventeen?
“Mami juga bisa`dong membatalkan kepergian mami! Kasihan dokter Hendi,mami...”
“Ooh.Kalau begitu—ini mami akan telpon dokter Hendi,” Oma berbuat sinting.Dia mengeluarkan Hp PDA-nya dan bersiap menelpon.Kalian bisa bayangkan Oma yang cukup ‘maaf’ ‘rabun’ itu menggunakan PDA senilai 13juta.Kalian jangan salah sangka—cita rasa Oma memang tinggi.Dia`mah ogah pakai ponsel yang cuma lima juta`an.Oma`ku itu memang langka!
Mamahku mencegah hal itu terjadi.
“Masalahnya itu,mi.. Pak Ju`eng sakit.Dia nggak masuk hari ini.”
“So`what?” dapatkah kalian bayangkan, Oma`ku, ya Oma`ku, Oma Tja Jung Hun, yang dalam nama Indonesia Oma Voni, yang mengatakan, “so what”.
Aku dan Afry yang duduk diruang tamu saling berpandang an.Afry berkata penuh keheranan, “Sumpah!Oma kita itu lebih gaul dari pada kita,” kata Afry.Gue mengangguk setuju.Lalu gue ngomong, “Kak,tas yang dipakai Oma itu mirip kayak tas kakak,”
“Memang,sama persis.Tapi itu bukan punya kakak.Enak aja tas gue dipake-pake.Lo harus tahu,Gebriel,tas itu limited edition hanya ada lima buah di dunia.Gue beli itu jutaan sama temen gue yang di Paris—kota mode.Dan begitu mengerikan bukan,bahwa satu dari empat buah yang lain dibeli oleh seorang nenek berusia enam puluh tahun..” kata Afry tercengang-cengang.Sedih barangkali dia.Dia sama sekali nggak suka—ada yang nyama`in kepunyaannya.
Afry menghela napas,sesaat kemudian dia berkata, “Oma kita memang keajaiban alam.Satu banding seribu dibanding oma-oma yang lain diseluruh dunia,”
Kembali kepertengkaran mamah sama Oma.
“Karena Pak Ju`eng nggak ada. Nggak ada bisa anter mami,mami ngerti dong..” mamah Regina kasihan—terlihat putus asa menghadapi ibu kandungnya.
Muncullah papah.Kini sudah mengenakan batik yang indah sekali.Beliau telah siap menuju perkawinan temannya.Seperti- nya papahlah yang akan menengahi pertengkaran itu.
“Ada apa ini? Mamah..Mami..”
“Begini pah,mami bersikeras mau jalan-jalan.Tolong dong papah kasih tahu—jangan sekarang.Mami hari ini harus check up sama dokter Hendi.” Jelas mamahku.
Oma menyela, “Andri,mamimu ini cuma mau jalan-jalan. Mami bosan dikurung dirumah.Lagipula, Hendi nggak akan marah kalau cuma mami membatalkan janji,”
Papah terdiam.
“Tetapi pah,Pak Ju`eng lagi sakit.Nggak bisa nemen`in mami jalan-jalan.Kita nggak mungkn tega biarin mami keluyuran sendirian tanpa pendamping`kan?” kata mamah.
Papah masih terdiam beberapa saat.
Sampai akhirnya papah berkata,
“Ya sudah kalau keinginan mami jalan-jalan.Kita bolehkan saja.” Mamah menyela, “..tapi..” Papah memotong, “Biar diantar Reanan!”
“Pah,kakak ke gereja.Rapat mudika.” Tiba-tiba Afry menyela.Afry masih duduk tepat disamping gue.Kami masih life menyaksikan nontonan heboh itu.
“Andri..Mami berani sendiri kok,” papah nampaknya nggak menghiraukan omongan Oma.
Lalu mamahku—ya ibu kandungku—mamah Regina punya ide yang benar-benar buruk bagi gue,
“Biar mami diantar sama Gebriel...”
DHHUARR!!
Sumpah! Seakan Gunung Merapi meletus saat itu juga.
Mereka semua langsung memandangiku yang tepat berada didepan hidung mereka.Ingin rasanya gue ngumpet dibalik gorden,tapi kayaknya mustahil.
“Apa??!!” teriak gue nggak percaya.
“Iya betul juga.Kasihan Oma,dek,” kata Afry.
“Ya udah.Oma biar diantar sama Gebriel,” kata papah.
“Tapi..Tapi..Gebriel mau istirahat sekarang,” kayaknya omongan gue sia-sia.Yang lain tidak menghiraukan.Akhirnya mamah ngomong begini, “Gebriel,kalau kamu bersedia nemen`in Oma hari ini saja—mamah berjanji akan mengembalikan kunci mobil Gebriel.”
Mata gue melotot. “Iya..udah..sana..Dek,anterin Oma jalan-jalan.Mobil kamu bakal balik,” Afry menyemangati gue yang nyaris pingsan ini.Gue benar-benar nggak bisa bayang`in apa yang akan terjadi sehari ini.
“Baiklah..” saat gue ngomong kayak gitu—seolah semua otot-otot persendian gue langsung melemah.
“Ya sudah,mami mau berangkat dulu,Andri,mana,,pinjam kunci mobilmu..” papah,mamah,Afry termasuk gue terheran-heran atas permintaan Oma.
“Apa??Mami naik mobil mami saja—atau naik mobilnya Gebriel.Masalahnya—aku sama Regina mau ke perkawinan teman aku,Mam..” kata papah melemah.Sepertinya papah nggak rela mobil mewahnya dipergunakan Oma.
“Sudahlah,Andri.Tiap hari mobil itu juga kau bawa ke kantor.Mami cuma mau pinjam hari ini saja—cepat kasih kuncinya ke Gebriel! Kamu`kan juga bisa pakai mobil anakmu, Gebriel atau mobil istrimu...” perintah Oma.
Papah kalah telak.
Beliau mendekatiku.Dan memberikan kunci mobil jaguar- nya sama gue—setengah berbisik, “Briel,hati-hati ya pakai mobil papah.Kalau rusak atau terjadi apa-apa—mobil kamu akan benar-benar papah jual.”
DHHUARR!!
Huh! Kok jadi seperti ini sih..gue juga takut setengah mati.Nanti kalau benar-benar kecelakaan bisa-bisa gue naik bus kesekolah.Tidak! itu tidak boleh terjadi.
Dengan santainya—Oma mendahului kami menuju garasi, dan dengan tanpa dosa Oma berteriak, “Gebriel,bukakan pintu…”
Dengan lemas—gue menuju garasi.Semoga tidak terjadi apa-apa hari ini.Papah,Mamah,serta Afry menuju depan rumah memastikan Oma bawel itu pergi meninggalkan rumah.
Gue udah masuk mobil,Oma duduk disamping bangku penyupir.Bahkan—Oma sempat-sempatnya Oma berteriak yang membuat satu rumah terheran-heran nggak percaya.Oma tanda rasa bersalah, berteriak begini, “Eh,guys,gue cabut dulu ya…” gimana nggak bikin mau pingsan! Apalagi gue yang tepat berada disampingnya.
Memikirkannya saja sudah mau muntah.
“Gebriel,jalan..” sungguh—kalau tidak memikirkan demi mobilku,aku nggak rela diperintah layaknya seorang driver sama oma gue itu.Tapi—well,baiklah pengecualian hari ini.
Mobil mewah itu gue jalanin lumayan cepat.Kata bokap gue harus hati-hati,wajarlah bawa mobil mewah macam Jaguar daripada mobil gue dijual.Gue lebih baik mati daripada nggak ada mobil itu.
Baru keluar komplek—oma komplen untuk kedua kalinya.
“Briel,cepat sedikit dong—lamban benar!”
Busyet.. Oma-oma wajar lain`mah adanya minta agar mobil berjalan hati-hati.But,pengecualian oma`ku itu.
“Iya oma,ini`kan masih jalan komplek,” sanggah gue.
“Otreh,Oma ngerti maksud you.Tapi kayaknya elu kapan-kapan harus ikut oma ke Sentul.Disono`noh kite bisa ngetrek sepuasnya! Otreh..” Ooh.Oma nyaris bikin gue pingsan ketiga kalinya.
“Ye...Oma,Sentul doang—Gebriel juga sering kesana sama temen-temen aku…” rese nih`Oma..
Oma hanya berkata Ooh.Lalu gue tetep mengemudikan mobil itu.Sebenernya gue juga nggak tahu harus dibawa kemana mobil itu,tapi terserah gue aja mau kemana.Oma paling nggak ngomel.
Saat gue mbelokin mobil kekanan—tepatnya ke arah Pejaten—tiba-tiba Oma teriak dengan kencangnya gitu deh.
“Stop—stop,kita salah arah.Putar balik,”
“Maksud Oma?”
“Ya putar balik!Cepat sebelum tekanan darah Oma naik!”
Gue nggak berani bantah.Gue ikutin apa mau nenek itu. Berilah aku kesabaran ya Tuhan.Demi mobil kebanggaanku.
“Stop!Stop!Stop Gebriel!” kini teriakan Oma lebih kencang.Gue kaget,salah gue apa lagi?Soalnya gue udah putar balik mobil itu.Tapi sepertinya itu kurang bagi Oma.
“Kenapa Oma…?” gue bingung banget saat itu.
“Cepat!!!” Oma makin bikin gue merinding. Akhirnya gue pinggirin kesebuah trotoar.Aduduh ada apa niih..Gue cuma ngerasa keringat dingin keluar dari pelipis gue.
Oma tiba-tiba keluar mobil.Entah apa.Gue pandangi Oma gue yang aneh itu.Lalu dia mendekati gue,kursi kemudi.Beliau kemudian mengetuk-etuk kaca mobil.Kaca pintu kemudian gue buka.
“Kenapa sih,Oma?” tanya gue penasaran.
“Turun!!” teriaknya dari luar.Hei..apa dia tak salah.Aku ini cucunya.Kenapa ia usir?Sumpah waktu itu gue benar-benar nggak bisa berpikir panjang,kayak terhipnotis.Gue turut`in tuh perintah nenek-nenek yang sok gaul.Nggak ingat umur.
Yang gue lihat justru setelah gue keluar mobil justru dia yang masuk kemobil.Masuknya bukan ke`jok mobil belakang. Tapi ke`jok pengemudi mobil.Whats??Sumpah itu bener-bener bikin gue basah keringet.
Apa nggak salah nenek-nenek usia enam puluh tahun mau mengendarai mobil? Sebenarnya——jangan kaget.Oma gue itu bisa nyetir.Dia dibelikan papah sebuah mobil yang nggak tanggung-tanggung—Honda CRV.Oma`ku itu nggak mau barang yang murah melekat pada dirinya.
Well,kalau CRV bolehlah.Bahkan untuk usia nenek enam puluh tahun saja—CRV itu kemahalan.Seharusnya nenek-nenek itu mengendarakan kursi dorong.Tapi nenek belagu itu minta mengendarai Jaguar! Gimana nggak bikin puseenk satu keluarga!
Kembali kemasalah tadi.Gue nyaris mati berdiri lho...
“Oma..Oma..Buka..” gue nyoba menyadarkan nenek itu dengan mengetuk-entuk kaca mobil.Kaca mobil depan terbuka, Oma berkata,
“Gebriel,masuk! Kalau nggak Oma tinggal!” ancamnya.
Gue ambil langkah seribu lalu gue masuk ke jok depan samping kemudi.Bayang`in nggak sih—gue ini usia 18 tahun seharusnya yang menyetir mobil itu aku—kenapa justru Omaku? Pembaca—dapatkah kalian menjawab pertanyaanku itu dengan alasan yang logis dan dengan rumus yang dibakukan oleh Standar Internasional?
Mobil mewah punya bokap terasa berjalan.Tentu saja berjalan,Oma yang mengemudikan,tapi selama 18 tahun aku tinggal dengan Oma,baru sekali ini yang namanya mobil disetir oleh Oma-Oma.Padahal disampingnya masih ada daun muda.
“Oma..Oma..Maksud Oma apa sih?”tanya gue kebingungan
“Oma nggak bermaksud apa-apa..”
“Tapi,kenapa Oma yang nyetir?Kan ada Gebriel...Biar Gebriel aja yang nyupir,nanti biar Gebriel ajak Oma jalan-jalan ke tempat yang Oma mau.”
“Nggak Gebriel sayang,Oma bisa nyetir kok tenang aja!!”
But,tiba-tiba,
Wusss...Wusss...Wusss...Wusss...
Mobil jaguar itu melaju dengan sangat kencang! Waa... Walau gue udah pakai selt belt,gue nggak yakin bisa bikin nyawa gue selamat! Soalnya tiba-tiba Oma nancap gas—nggak kira-kira dan itu kenceng banget...
“Oma...Oma..Pelan`in…”Teriak gue ketakutan.
“Tenang aja—Gebriel Oma sering latihan di Sentul...”
“Oma,Ini jalan besar—bukan sirkuit!!!” teriak gue lagi.
Oma nggak jawab omongan dia.Gue udah keringat dingin banget itu.Bayang`in Oma`kan udah agak rabun—terus kalau nyupir mobil kenceng-kenceng bisa tabrakan!Bisa nganter nyawa! Ooh. Tidak! Yang lebih mengerikan lagi—bagaimana kalau nanti papah tahu bahwa mobil mewah kesayangannya tabrakan?Papahkan selama ini sangat menyayangi mobil Jaguar itu.Nanti bisa-bisa mobil gue bakal dijual.
Ooh.Tidak.Ini harus dicegah.
“Oma!Oma!Pelan`in Oma.Nanti tabrakan,”
“Nggak akan Briel…” teriak Oma.
Mobil masih melaju diatas kecepatan rata-rata.Dan kadang cara menyetir Oma itu sangat mengerikan! Kenapa`sih Oma dapat SIM?Pasti SIM nembak.
“Oma..Plis,biar Gebriel aja yang nyetir.Nanti kalau kecelakaan,Gebriel yang dimarahi papah gara-gara nggak bisa jaga mobil ini.Oma..Plis oma,ini mobil kesayangan papah.Jang- an nekat…” gue udah nyaris nangis.Nggak bisa membayangkan mobil gue bakal disita.Dan gue—pamor sebagai seorang Gebriel Marsha Angelus akan turun pangkat.Gue akan kemana-mana naik bus.Mengerikan bukan?
Oma nggak menjawab.
Dan kalian tahu—sepanjang perjalanan gue hanya nutup muka dengan tangan,sambil dalam hati berdoa Salam Maria. Semoga gue masih disayangi Tuhan dan semoga umur gue masih panjang! Dan kalian tahu—sepanjang perjalanan itulah hampir terjadi tabrakan lima kali,salah jalan tujuh kali,putar balik dua kali,putar-putar dijalan yang sama enam belas kali,hampir nabrak kucing tiga kali. Gila`kan?
Kalo gue yang megang—pasti bakal dari tadi udah sampe. Nggak mungkin dua jam nggak sampe-sampe dan hanya berputar disitu-situ saja.
Dan sepertinya doa gue dikabulkan.
Mobil jaguar itu berhenti disebuah Mall.
Yang gue tahu pasti mall itu.
“PIM?Jadi Oma dari tadi muter-muter cuma mau ke PIM?” tanya gue nggak percaya.Oma mengangguk.
“Oma,kalau oma bilang sejak awal,tiga puluh menit Gebriel yang nyetir udah sampe kita disini.Nggak harus nyasar,hampir nambrak, nggak mungkin dua jam!” bentak gue.Oma sedang mencari tempat untuk parkir.
“Briel,oma itu cuma pingin ngerasa`in nyetir jaguar,kan Jaguar mahal.Makanya oma pingin nyoba`in.Cuma itu doang kok” kata Oma memelas.
“Tapi Oma—oma ingat dong umur Oma.Umur nggak bisa dibohongi,oma udah renta,udah sebaiknya dilayani sama anak-anak oma dan cucu-cucu oma.Nanti pulang,biar Gebriel aja ya, yang bawa mobil!Takut dimarahi papah,oma..” kata gue pelan-pelan supaya oma sadar.
Kami sudah keluar dari parkir lalu menuju mall besar itu.
“Iya,nanti Gebriel saja yang bawa.Oma rasa nyetir jaguar sama CRV sama saja.”
Gue ketawa dalam hati.
Hahahahahaa...Umur memang tidak bisa dibohongi.Walau Oma sok gaul—tapi tetep lebih gaul gue.Gue tahu pasti perbedaan jaguar disbanding mobil-mobil yang lain. Jadi, gue menang 1-0 dari oma.
Saat itu kupikir penderitaanku akan berakhir.
Tapi sepertinya tidak.
Gaya sok gaul oma muncul.Dia mulai manggil gue dengan sebutan, “eh coy” atau “gue-lo” atau “eh boo” atau “yu ya yuu,” bikin gue mual aja!
Terlepas dari itu,oma memiliki sifat buruk yang sama dengan kak Afry.Doyan belanja.Dan bedanya umur Afry masih berkepala dua dan oma berkepala enam! Tapi sifat mereka sama sebagai seorang wanita.Doyan belanja.Kalau belanja nggak ingat dunia.
Tapi yang bikin gue mundur satu langkah,oma itu menuju stan-stan yang menjual pernak-pernik usia tujuh belasan.Sedang umurnya...
Bahkan selera oma sama dengan Afry.
Oma memilih sebuah tas tangan—yang kayaknya Afry punya. Afry itu selalu up to date.Jadi orang-orang belum punya, dia udah punya.Dan pokoknya selera oma sama banget deeh.Dan satu sifat oma yang sama dengan Afry yang bikin gue gerah—dia yang belanja,gue yang disuruh dorong troli kemana-mana.
Tapi gue lebih seneng datang ke mall bareng kakak gue. Dia nggak terlalu memalukan.Sedang oma sungguh sangat memalukan!
Ini lebih parah dari Afry.Sejak sampai pukul tiga sore di mall itu,hingga pukul delapan malam oma belum menyelesaikan berburu baju itu.Itu yang bikin gue senewen.Gile aja,udah lima jam di mall itu.Itu saja oma belum puas.Katanya masih banyak stan-stan pakaian yang lebih bagus.
Jadi seluruh pelosok mall ditelusuri oma dengan belanja ini itu. Sekarang sudah pukul sepuluh malam.Papah dari tadi udah bolak-balik telpon aku,tanya kapan pulang,Sepertinya akan susah deh,Oma nggak mau diajak pulang.
Akhirnya jam sebelas oma keletihan.
Kami makan disebuah restoran mahal.
“Oma udah puas?”
“Udah.Oma capek banget.Habis ini kita pulang ya..”
“Ya teranglah oma..Sekarang udah jam sebelas.Kalau gitu biar nanti Gebriel yang nyetir.” Habis makan malam,Oma udah nggak punya tenaga,kami keluar dari restoran itu,dan tentunya gue yang dorong dua troli besar itu.
Penuh dengan pakaian.
Saat sampai rumah—seluruh anggota keluarga aku ngumpul diruang tamu.Menanti adakah suatu kejadian padaku dan oma.
“Mami..” teriak mamah.Oma terlihat cape sekali.
“Gebriel,nggak terjadi sesuatu?” tanya papah.
“Nggak kok pah,liat aja kondisi mobil papah,”
Papah mengangguk percaya padaku. Kedua kakakku—Reanan yang tampan dan Afry terlihat ngantuk-ngantuk memandangi aku.
“Gebriel,karena kamu udah bisa jaga oma kamu,ini…” mamah memberikan sebuah kunci mobil.Kunci mobil kebanggaanku.Gue udah tersenyum kegirangan!Yea..Gue menang!
“Bagaimana perjalanannya,Oma..” tanya mamah pada maminya yang ada dipelukkannya,
“Sangat menarik,Regina,mengajak Gebriel jala-jalan lebih menyenangkan dari pada mengajak Pak Ju`eng yang selalu mengeluh dan nggak enak diajak bicara.” Kata Oma ditengah keletihannya.
Oma..Oma..Sebenarnya gue juga sekarang tahu, betapa kasihannya Pak Ju`eng yang selalu menemani oma jalan-jalan.Pasti menyusahkan!
Tiba-tiba oma ngomong,
“Gebriel,kapan-kapan kita jalan lagi,ya, cuy…” wahahahaaa...
Seluruh keluarga ketawa. Gue yang merinding!
“TTTTIIIIDAAAAAKKK……..”
[tamat]
Sabtu, 29 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar